Kisah Kedatangan Imam Mahdi di Akhir Zaman
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.
Hari kiamat dan hancurnya dunia ini
adalah suatu hal yang pasti. Keyakinan ini sudah semestinya menjadi aqidah
seorang muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
“Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan (mu) dengan Rabbmu.” (QS. Ar Ra’du: 2)
Namun menyongsong hari kiamat tersebut
muncul peristiwa-peristiwa besar yang disebut dengan asyrothus saa’ah (tanda-tanda
hari kiamat). Para ulama pun menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat itu ada dua
macam yaitu tanda shughro (kecil) dan tanda kubro (besar). Dan
sebenarnya dapat pula tanda tersebut dirinci menjadi empat macam.
Pertama, tanda shughro yang pernah terjadi dan telah
berakhir. Contohnya adalah diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan terbelahnya bulan.
Kedua, tanda shughro yang terus menerus terjadi dan
berulang. Contohnya adalah menyerahkan amanah kepada orang yang bukan ahlinya,
muncul para pendusta yang mengaku sebagai nabi, muncul wanita-wanita yang
berpakaian namun hakekatnya telanjang dan merebaknya perzinaan.
Ketiga, tanda shughro yang belum terjadi. Contohnya
adalah tanah Arab akan menjadi subur dan penuh pengairan.
Keempat, tanda kubro, artinya bila tanda-tanda ini
muncul, maka kiamat sebentar lagi akan tiba. Di antara tanda tersebut adalah
munculnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa ke dunia, dan keluarnya
Ya’juj-Ma’juj.
Mungkin ada yang menanyakan, “Mengapa
kita harus mengetahui dan mengenal tanda-tanda hari kiamat?”
Ingat, mengenalnya bukanlah hanya
untuk menambah wacana. Namun ada beberapa alasan kita mesti mengenalnya.
Pertama: Mengenal tanda-tanda hari kiamat merupakan
bagian dari beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena bagaimana mungkin
seorang hamba dikatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun tidak
membenarkan berita keduanya?! Padahal Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ, الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib.”
(QS. Al Baqarah: 2-3).
Kedua: Mengenal tanda-tanda tersebut juga merupakan
bagian dari rukun iman –yaitu beriman kepda hari akhir-. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan mengenai definisi iman,
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Iman adalah engkau beriman pada
Allah, pada malaikat-Nya, pada kitab-kitab-Nya, pada para Rasul-Nya, pada hari
akhir dan engkau beriman pada takdir yang baik dan buruk.”
Ketiga: Semakin mengenal tanda-tanda tersebut akan
semakin memperkokoh keimanan seseorang pada hari kiamat.
Selanjutnya kita akan melihat beberapa
penjelasan mengenai tanda-tanda kiamat kubro. Karena tanda-tanda ini yang biasa
diperselisihkan oleh Ahlus Sunnah dan aliran yang menyimpang. Kita akan
mengkaji empat peristiwa besar yaitu kedatangan Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa ‘alaihis
salam, keluarnya Dajjal, dan keluarnya Ya’juj-Ma’juj. Semoga Allah
mudahkan.
Tanda Kubro Pertama:
Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti-nanti
Makna Mahdi
Mahdi berarti orang yang diberi
petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul.
Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah,
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin
(yang mendapat petunjuk dalam beramal), mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).”
Ibnul Atsir mengatakan, “Yang dimaksud
al mahdi dalam hadits ini adalah orang yang diberi petunjuk pada
kebenaran. Mahdi kadang menjadi nama orang bahkan sudah seringkali digunakan
seperti itu. Begitu pula Al Mahdi juga bermakna orang yang dikabarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan muncul di akhir
zaman. Juga mahdi bisa dimaksudkan dengan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan
‘Ali radhiyallahu ‘anhum. Bahkan mahdi juga bisa bermakna lebih
luas, yaitu siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama.”
Namun yang dimaksudkan dengan Mahdi
dalam pembahasan kali ini adalah Imam Mahdi yang telah dikabarkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan datang di akhir
zaman. Dia akan menguatkan agama ini dan menyebarkan keadilan. Kaum muslimin
dan kerajaan Islam akan berada di bawah kekuasaannya. Imam Mahdi berasal dari
keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia hidup di zaman Nabi Isa
‘alaihis salam turun dan di masa keluarnya Dajjal.
Beberapa Pendapat Mengenai Siapakah
Imam Mahdi
Ibnul
Qayim rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang membicarakan tentang
Imam Mahdi ada empat macam. Ada yang shahih, ada yang hasan, ada
yang ghorib dan ada pula yang maudhu’ (palsu).“
Dari sini, manusia berselisih pendapat
siapakah Imam Mahdi yang sebenarnya.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Al
Masih ‘Isa bin Maryam. Itulah Imam Mahdi yang sebenarnya menurut mereka.
Mereka beralasan dengan hadits dari Muhammad bin Kholid Al Jundi, namun hadits
tersebut adalah hadits yang tidak shahih. Seandainya pun shahih, itu
bukanlah dalil untuk mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Nabi ‘Isa ‘alaihis
salam. Karena Nabi ‘Isa tentu saja lebih pantas disebut Mahdi
(karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, -pen) daripada Imam Mahdi
itu sendiri. Nabi ‘Isa itu diutus sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan beliau akan turun lagi menjelang hari kiamat. Sebagaimana pula
telah diterangkan dalam hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan turun di menara putih, sebelah
timur Damaskus. ‘Isa pun akan turun dan berhukum dengan Kitabullah (Al Qur’an),
beliau akan membunuh orang Yahudi dan Nashrani, menghapuskan jizyah dan akan
membinasakan golongan-golongan yang menyimpang.
Pendapat kedua, Imam Mahdi adalah pemimpin di masa Bani Al
‘Abbas dan masa tersebut sudah berakhir. Namun hadits-hadits yang membicarakan
hal tersebut seandainya shahih, itu bukanlah dalil bahwa Imam Mahdi yang
memimpin Bani Al ‘Abbas adalah Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Dia memang mahdi (karena asal makna mahdi
adalah yang diberi petunjuk, namun dia bukan Imam Mahdi yang akan muncul di
akhir zaman, pen). Sebagaimana ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz adalah mahdi (yang
diberi petunjuk) dan sebenarnya beliau lebih pantas disebut mahdi daripada
penguasa Bani Al ‘Abbas.”
Pendapat ketiga, Imam Mahdi adalah seseorang yang berasal
dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keturunan Al Hasan
bin ‘Ali. Dia akan datang di akhir zaman di saat zaman penuh dengan kezholiman.
Lalu Imam Mahdi datang dengan membawa keadilan. Inilah Imam Mahdi yang
dimaksudkan dalam banyak hadits.
Adapun hadits-hadits yang membicarakan
mengenai Imam Mahdi, sebagian sanadnya ada yang dho’if dan ghorib.
Namun hadits-hadits tersebut saling menguatkan satu dan lainnya. Inilah yang
menjadi pendapat Ahlus Sunnah dan inilah pendapat yang benar.
Ibnul Qayyim kemudian menjelaskan,
“Adapun Rofidhoh (Syi’ah Al Imamiyah), mereka memiliki pendapat yang keempat.
Mereka berpendapat bahwa Imam Mahdi adalah Muhammad bin Al Hasan Al ‘Askariy
Al Muntazhor (yang dinanti-nanti). Dia merupakan keturunan Al Husain bin
‘Ali, bukan dari keturunan Al Hasan bin ‘Ali (sebagaimana yang diyakini Ahlus
Sunnah, -pen). Dia akan hadir di berbagai negeri tetapi tidak kasatmata, dia
akan mewariskan tongkat dan menutup padang sahara. Dia akan masuk Sirdab
Samira’ semasa kanak-kanak sejak lebih dari 500 tahun. Kemudian tidak ada satu
pun melihatnya setelah itu. Dan tidak pernah diketahui berita, begitu pula
jejaknya. Namun, setiap hari orang-orang Rafidhah selalu menanti dengan
tunggangan kuda di pintu Sirdab. Mereka sering berteriak agar Imam Mahdi
tersebut dapat keluar menemui mereka. Mereka memanggil, “Wahai tuan kami,
keluarlah.” Namun mereka pun pulang dengan tangan hampa, tidak mendapatkan
apa-apa. Usaha mereka yang begitu giat, hanya sia-sia belaka.”
Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad,
sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi dan nama
ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia ini tidak akan sirna hingga
seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad)
menguasai Arab.”
Maksud bahwa orang tersebut akan
menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan,
“Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk
dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga
menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan.”
Begitu pula Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku. Namanya
(yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama
dengan nama ayahku.”
Imam Mahdi berasal dari keturunan
Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam
Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.
Oleh karena itu, nama Imam Mahdi
–sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir- adalah:
مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ العَلَوِي الفَاطِمِي الحَسَنِي
Muhammad bin Abdullah Al ‘Alawi
(keturunan Ali bin Abu Tholib) Al Fathimiy (keturunan Fatimah binti Muhammad)
Al Hasaniy (keturunan Hasan bin ‘Ali).
Waktu Munculnya Imam Mahdi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia tidak akan lenyap atau tidak
akan sirna hingga seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama
dengan namaku.”
Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Mahdi
akan muncul di akhir zaman. Saya mengira bahwa munculnya Imam Mahdi adalah
sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang
menyebutkan hal ini.”
Sifat Fisik Imam Mahdi
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ
“Imam Mahdi adalah keturunanku. Dahinya lebar (atau rambut
kepala bagian depannya tersingkap) dan hidungnya mancung.” Al Qori’ dalam
mengatakan, “Hidung beliau tidaklah pesek karena bentuk hidung semacam ini
kurang disukai.”
Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar
Kemakmuran dan Keadilan
Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan
keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Di zaman beliau,
harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak hewan
ternak. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi
yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka
bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan
berkuasa selama 7 tahun.”
Juga dari Abu Sa’id Al Khudri,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia
memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan
memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu,
harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi,
berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”
Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,
« فَيَجِىءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى أَعْطِنِى ». قَالَ « فَيَحْثِى لَهُ فِى ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ »
“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu
dia berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku
sesuatu.’ Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya
yang ia tidak sanggup memikulnya”.
Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,
يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي المَهْدِيُّ يَسْقِيْهِ اللهُ الغَيْثَ ، وَتُخْرِجُ الأَرْضُ نَبَاتَهَا ، وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا ، وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا » يَعْنِي حِجَجًا
“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada masanya),
Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan
dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu juga umat
akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun.”
Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,
إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا
“Imam Mahdi akan muncul di
tengah-tengah umatku dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan
tahun.” Ada keraguan dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.
Al Mubarakfuri menjelaskan, “Dalam
riwayat dari Abu Sa’id Al Khudri dalam sunan Abu Daud disebutkan bahwa Imam
Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali dari
perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi
akan berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan
dari perowi. Dari sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan
daripada lafazh yang masih ada syak (keraguan).” Dari penjelasan beliau
menunjukkan bahwa yang lebih tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa
selama tujuh tahun. Wallahu a’lam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama sekali riwayat yang
shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam Mahdi atau waktu kapan
keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal itu dari
kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan
munculnya.
Imam Mahdi akan muncul dari arah timur
(yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam riwayat Ibnu
Majah.
Ibnu Katsir mengatakan, ”Imam Mahdi
akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang
disangkakan oleh Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal
persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang sangat
lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak
ada landasan sama sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah serta apa yang mereka
sangkakan sangat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .”
Nabi ’Isa akan Shalat di Belakang Imam
Mahdi
Ketika Nabi ’Isa ’alaihis salam turun
kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di belakang Imam Mahdi yaitu menjadi
makmum di belakangnya.
Dari Jabir bin ’Abdillah, Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
”Sekelompok dari umatku ada yang
akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat
turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata,
”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab,
”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam
(pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”
Dalam hadits yang muttafaqun ’alaih
(disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana kalian jika ’Isa bin
Maryam turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian
sendiri?”
Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi,
dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa makna ”Imamukum minkum” (Imam
kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam tersebut berhukum dengan Al
Qur’an dan bukan dengan Injil.
Ibnu At Tiin mengatakan, ”Makna
”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu bahwa
syari’at Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.”
Ringkasnya, maksud penjelasan di atas
bahwa Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu.
Termasuk pula Nabi Isa ’alaihis salam, beliau akan bermakmum di belakang
Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syari’at Islam.
Riwayat yang Membicarakan Imam Mahdi
adalah Mutawatir
Mutawatir secara bahasa berarti berturut-turut (tatabu’).
Secara istilah, hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan dari
jalan yang sangat banyak sehingga mustahil untuk bersepakat dalam kedustaan
karena mengingat banyak jumlahnya dan kesholihannya serta perbedaan tempat
tinggal.
Hadits mutawatir ada dua macam yaitu mutawatir
lafzhi dan mutawatir ma’nawi. Mutawatir lafzhi adalah hadits yang
jumlah periwayatannya amat banyak dan semuanya menggunakan lafazh yang sama
atau hampir sama. Sedangkan mutawatri ma’nawi adalah hadits yang membicarakann
suatu masalah dengan berbagai macam redaksi, namun menunjukkan pada satu
pembicaraan.
Hadits yang membicarakan mengenai
kemunculan Imam Mahdi adalah hadits mutawatir ma’nawi. Artinya, hadits
tersebut membicarakan mengenai Imam Mahdi dengan berbagai macam redaksi, namun
intinya atau maksudnya sama yaitu membicarakan kemunculan Imam Mahdi. Ini
menunjukkan bahwa kemunculannya mustahil untuk dikatakan dusta.
Al Hafizh Abul Hasan Al Aabari
mengatakan, ”Berita yang membicarakan munculnya Imam Mahdi adalah hadits yang
mutawatir dan amat banyak riwayat yang berasal dari Nabi shallallahu ’alaihi
wa sallam yang membicarakan mengenai kemunculannya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi
adalah hadits yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tirmidzi,
Ahmad dan selainnya, dari hadits Ibnu Mas’ud atau yang lainnya.”
Asy Syaukani mengatakan,
”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi yang
dinanti-nanti ada dalam 50 hadits. Di antara hadits tersebut ada yang shahih,
hasan dan dho’if. Hadits yang membicarakan Imam Mahdi dipastikan adalah hadits
mutawatir, tanpa keraguan sedikit pun. … Begitu pula berbagai riwayat dari para
sahabat tentang kemunculan Imam Mahdi amat banyak. Bahkan perkataan para
sahabat ini dapat dihukumi sebagai hadits marfu’ yaitu perkataan Nabi, karena
tidak mungkin ada ruang ijtihad dari mereka dalam masalah ini.”
Shidiq Hasan Khon –ulama India dan
merupakan murid Asy Syaukani- mengatakan, ”Hadits yang membicarakan mengenai
kemunculan Imam Mahdi dengan berbagai macam periwayatan adalah amat banyak,
bahkan sampai derajat mutawatir ma’nawi. Hadits-hadits yang membicarakan
hal tersebut disebutkan dalam berbagai kitab Sunan dan selainnya, juga dalam
berbagai mu’jam dan kitab musnad.”
Demikian pembahasan kami mengenai Imam
Mahdi.
Semoga bermanfaat bagi pembaca semuanya
Editor : Amin Nudin
Kelas : XI
TKJ 4, SMK Yasmida Ambarwa Pringsewu Lampung
By blog : http://www.lampuislam.org/2014/03/kedatangan-imam-mahdi-di-akhir-zaman.html
#share
#TERIMA_KASIH
Komentar
Posting Komentar
silahkan gunakan dengan positif